Tuesday, May 28, 2013

Khusyu

Khusyu Hampir semua umat beragama mencari atau berlomba-lomba mencari kekhusyuan dalam ibadahnya, bahkan bila mungkin juga khusyu dalam kehidupannya, namun apa dan dimana serta bagaimanakah khusyu itu sebenarnya, banyak orang berusaha konsentrasi dalam ibadahnya, ada juga yang berusaha menyatu dengan alam agar mendapatkan apa yang dinamakan khusyu tersebut, namun kenyataannya apa yang terjadi, mengapa sang khusyu tiada kunjung tiba, sehingga orang akhirnya ada yang merasa frustasi karena tidak pernah berhasil mencapainya, tentu saja akibat dari rasa frustasi ini akan sulit diperkirakan akibatnya.

Benarkah hingga sedemikian sulitnya untuk mendapatkan apa yang dinamakan khusyu tersebut?, Ataukah disebabkan oleh ketidak tahuan bahwa sebenarnya khusyu adalah hadiah, sehingga tidak akan didapatkan dengan cara memaksakan, melainkan harus ditunggu kedatangannya dengan sabar, syukur, berserah diri serta tertib. Jika khusyu adalah hadiah, mengapa ada sebagian orang yang konsentrasi dengan cara-cara shalat panjang ataupun dengan berdzikir panjang ternyata dapat juga mencapai khusyu, walaupun dengan pengorbanan yang besar baik itu dari segi waktu maupun tenaga, sekiranya untuk mendapatkan khusyu haruslah sedemikian besar pengorbanannya, tentu akan sulitlah bagi orang-orang biasa yang mempunyai kesibukan keseharian yang cukup banyak, sedangkan khusyu itu sendiri adalah hak bagi semua orang.

Bagi mereka yang berkeluangan waktu dan tenaga, mereka dapat melakukan pengkonsentrasian dengan melakukan shalat taupun dzikir panjang, sehingga dengan terkurasnya tenaga hingga habis maka tanpa terasa mereka telah bersih diri, sabar serta berserah diri, sehingga khusyu bisa didapatkan walaupun mereka hanya mendapatkan khusyu ibadah dan bukan khusyu kehidupan. Sedangkan mereka yang berusaha menyatu dengan alam, mereka merasakan mendapatkan ketenangan jiwa yang mereka anggap kekhusyuan walaupun sebenarnya adalah bukan, semua itu dikarenakan menyatu dengan alam adalah menyatukan jiwa dengan bumi, ataupun sejauh-jauhnya menyatukan jiwa dengan alam semesta, yang kedua-duanya masih termasuk hitungan dunia. Sedangkan khusyu kaitannya adalah dengan akhirat, kesalahan-kesalahan tersebut memang umum terjadi, tentu saja penyebabnya adalah kesulitan dalam membedakan yang mana mata bathin dengan yang mana mata terbuka hijab ghaib, mata terbuka hijab ghaib adalah mata yang dapat melihat mahluk ghaib, tentu saja yang terlihat bukanlah yang Maha Ghaib, ataupun akhirat yang jauh diluar alam semesta, sedangkan mata bathin tentu saja tidak melihat melalui kedua matanya itu, karena pada saat mata bathin terbuka, semua panca indera tetap berfungsi seperti biasanya dan tidaklah seperti orang yang kehilangan kesadarannya.

Sekarang pertanyaannya adalah, jadi dapatkah dan atau bagaimanakah kita sebagai orang-orang biasa saja dapat mencapai apa yang dinamakan khusyu beribadah, bahkan khusyu dalam kehidupan, jawabannya tentu saja dapat, sedangkan masalah bagaimananya, kita harus menelaah lebih dahulu dasar-dasar pendukung pemberian hadiah khusyu itu sendiri, pada dasarnya Islam adalah pola hidup yang harus di dukung oleh kesadaran yang setinggi-tingginya, oleh karena itulah maka umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu sebagai 
pembentukan pola beribadah, yang harus dilakukan dengan kesadaran sepenuhnya, sehingga sangat tidak disarankan kita shalat sambil menutup mata, bahkan pergerakannya pun haruslah dilakukan dengan setertib-tertibnya agar lisan maupun pergerakan shalat itu senantiasa tetap terjaga niat, arti serta tujuannya, tidak menjadi susut dimakan lalai karena sudah terbiasa atau begitu rutinnya, karena segala sesuatu perbuatan manusia itu, yang pertama-tama di lihat adalah niatnya, seperti yang sudah umum kita lihat dalam keseharian, bagaimana salam yang begitu sering di ucapkan menjadi berubah fungsi dan artinya menjadi say halo saja, padahal saling memberi salam itu sebenarnya adalah saling mendo'a kan, sehingga niat bersalam itu niat mendo'akan orang, tujuannya adalah agar orang yang dido'akan tersebut selamat dunia akherat, mendapat rahmat serta berkah dari Allah, hukumnya bagi orang yang mendo'akan akan mendapat yang sama, tanpa mengurangi sedikitpun dari orang yang dido'akannya, adapun dalam kehidupan keseharian kita di ajarkan untuk membaca Basmallah setiap kali hendak melakukan sesuatu, serta do'a-do'a harian yang dapat menjadi pagar kehidupan kita, asalkan semuanya itu dilakukan dengan selalu menyadari sepenuhnya akan niat, maksud serta tujuan setiap segala sesuatu yang kita lakukan.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan shalat usahakanlah senantiasa melaksanakannya penuh dengan kesadaran serta ketertiban, tertib dalam setiap gerakan serta lisan, tidak kehilangan niat, maksud, tujuan serta melakukannya hanya karena Allah, demikian pula dalam melaksanakan kehidupan keseharian kita, lakukanlah semua karena Allah serta jelas niat, maksud, tujuannya, jadikanlah segala sesuatu dalam kehidupan kita menjadikan kita mengingat Allah, mengejar pahala karena di suruh Allah melalui rosulnya, menghindari dosa karena dilarang Allah melalui rosulnya, berdo'a meminta kepada Allah yang maha kaya serta maha pengasih lagi penyayang kata rosulnya, Basmallah menempatkan Allah menemani serta mengawasi kita begitulah yang disampaikan rosul Allah tentang keseharian, ingatlah bahwa mengingat Allah dan rosulnya akan senantiasa memperkuat Syahadat kita, sedangkan pola hidup Islami akan membuat kita otomatis berdzikir mengingat Allah pada saat berdiri, duduk dan tidur.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan melakukan ibadah yang penuh dengan kesadaran dan ketertiban, ditambah hidup dengan pola Islami, tawadhu, sabar serta pandai bersyukur dan senantiasa berprasangka baik pada Allah, istiqomah dalam menjalankan semua itu, InsyaAllah hadiah khusyu dalam beribadah maupun khusyu dalam keseharian yang didambakan akan kita didapatkan.

Ciri-ciri khusyu, bila kita mendapatkannya adalah terbukanya mata bathin kita, yang dapat dirasakan sebagai rasa haru yang sangat, apabila kita sedang mengingat Allah, akhirat, surga, Rasulullah, dosa-dosa yang telah lalu serta lain-lain hal yang berkaitan dengan ruhani kita, rasa haru tersebut membuat kita merasa hati tergores rindu, menetes airmata, banjir airmata bahkan bisa sampai menangis tersedu-sedu. Sebagai catatan tambahan, dalam keseharian kita di jalanan baik dalam berkendaraan maupun berjalan kaki, seringkali tanpa disadari kita menghancurkan pola hidup Islami kita dengan menghinakan diri menjadi preman bahkan menjadi perampok, yang merampas atau merampok hak orang lain dengan memotong, memepet, mengambil jalan orang lain, menghalangi, menyebrang dengan berlambat-lambat, saling memaki atau mengumpat serta lain-lain perangai tidak terpuji yang kita lakukan, perlu kita sadari bahwa semua orang ingin cepat sampai ke tujuan dengan tenang, tentram dan aman di jalan, menjalin dan menjaga silaturahmi sangatlah di sarankan bagi orang Islam.
 

by Abu Sangkan
Diposting oleh : Admin LM
http://www.shalatcenter.com/berita-143-khusyu.html
http://jihaddakwa.blogspot.com/

Monday, May 20, 2013

Nilai Persahabatan Sebenarnya


Dari Abu Hurairah r.a, Nabi s.a.w. bersabda:
"Seseorang insan adalah terikut-ikut dengan adat kebiasaan sahabatnya.
Maka hendaklah kamu melihat dengan siapa kamu bersahabat'.
(Riwayat al-Tirmizi dan al-Hakim)

Benarlah kata-kata hikmah yang selalu kita dengar
yaitu "sahabat yang tidak jujur itu ibarat dapur yang berhampiran. Jikalau pun kamu tidak terkena jelaganya sudah pasti akan terkena asapnya.Sahabat yang setia
itu bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah."

Sahabat suka dan duka kita kongsi bersama
silaturrahim kita hanya kerana Allah.
engkau ajarkanku
arti hidup hanya untukNya
memberi keranaNya
menerima seadanya
Hidup bukan hanya untuk dunia semata
tapi untuk akhirat yang lebih utama..
ukhuwahfillah..

Mari sama-sama berlari untuk menjadi sahabat terbaik..untuk menggapai r
idho Allah.

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.

Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.

Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.

Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Allah Swt.

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.

Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.

Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.

Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga..

sumber :
 www.iluvislam.com

Thursday, May 16, 2013

Menangis Part II


Menangis ...merupakan buah kelembutan hati ... 


ANJURAN untuk MENANGIS...kenapa....?? karena :

“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam (Nabi
Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata:


“Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83).

Ternyata MENANGIS merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran.

Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain AllahSubhanahu Wa Ta'aala. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran. 



Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.



Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis).

Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat:
 


“Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6).
 

Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka.



Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini.

Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.

Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.

Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam , sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Subhanahu wa Ta'aala mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “



Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”.
 
(QS. An Nisa’: 145)



Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia.
 


“Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82).

Jadi sahabat, Yuk kita intropeksi.., kapan ya terakhir kita menangis karena Allah, Karena menyadari kesalahan kita, karena melukai hati seorang hamba, atau mungkin karena kita mendzolimi diri kita sendiri???

Jangan jangan udah lamaaaaa kita gak menangis karena Allah, tapi menangis karena mobilnya di curi, atau menangis karena gaji gak di naik naikin...
 

Sahabat..., mumpung hati belum sekeras batu, mumpung jiwa masih di kandung badan, mari kita mencoba, bangun di tengah malam, merenungi segala yang mengganjal di dada.., adukanlah kepada Allah.., InsyaAllah, Allah akan memberikan NurNya, Allah Yang maha Lathief akan melembutkan hati kita...sehingga, kita akan cepat tersentuh bila kita mengingat kebesaran Allah Yang maha Suci lagi Maha Penyayang...

Semoga bermanfaat..

Love you All Cause of Allah
♥♥ ♥♥
(¯`v´¯)
`•.¸.•´
¸.•´... ¸.•´¨) ¸.•*¨)
(¸.•´ (¸.•´ .•´ ¸¸.•¨¯`•.

Wednesday, May 15, 2013

5 (Lima) S


Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan

tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin

menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor
misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***

Friday, May 10, 2013

GETARAN SAAT WUDHU’ YANG SEMPURNA



“Barang siapa berwudhu’ lalu dibaguskan wudhu’-nya dan dikerjakan sholat dua raka’at di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu’ dan sholat itu sesuatu hal duniawi, niscaya keluarlah dia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” (HR. Bukhari dan Muslim dari Utsman bin Affan)

Wudhu’ sering tidak mendapatkan perhatian serius dalam peribadatan kita. Maklum, syariat wudhu’ sangat sederhana dan mudah dilakukan. Sekedar membasuh muka, tangan, telinga, mengusap rambut, dan membasuh kaki. Apalagi keadaan yang dibasuh sering kali sudah bersih dari najis, sehingga tidaklah terlalu repot membasuh semua bagian tubuh ini. Padahal, wudhu’ adalah ibadah dzikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi paling luar (fisik) sampai ke dalam ruhaninya.
Kesempurnaan shalat sangat tergantung kepada kesempurnaan wudhu’-nya, sebab shalat seseorang tidak akan sah jika wudhu’-nya sendiri tidak sah. Shalat tidak akan sempurna jika wudhu’-nya tidak sempurna. Jika wudhu’nya tidak dalam keadaan ingat kepada Allah (lalai), maka wudhu’-nya tidak memberikan dampak apa – apa kepada jiwa kecuali hanya tubuh basah terkena air.


“barang siapa mengingat Allah (dzikrullah) ketika wudhu’, niscaya disucikan oleh Allah tubuhnya secara keseluruhan. Dan barang siapa tidak mengingat Allah (dzikrullah) niscaya tiada disucikan oleh Allah dari tubuhnya selain yang kena air saja.”
(HR. Abdul Razaq Filjam Ishaghir)


“Sabda Rasulullah SAW yang lain : Barang siapa memelihara baik – baik lima sholat fardhu dengan menyempurnakan wudhu’-nya dan menjaga waktu – waktunya, maka hal itu akan menjadi nur (cahaya) dan burhan (hujjah, bukti) baginya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang melalaikannya akan dikumpulkan kelak bersama Fir’aun dan Hamman.”
(Dirawikan Ahmad, Ibnu Hibban, Thabrani dan Al Baihaqi)


Ketika berwudhu’, seyogyanya kita melakukannya sebagai bentuk peribadatan seperti halnya melakukan sholat, karena wudhu’ merupakan prosesi pembersihan jiwa yang dituntun oleh Rasulullah SAW. Cara ini di tempuh (disyariatkan) dalam rangka mempersiapkan diri menghadap Allah Yang Maha Suci. Hadits lain berkaitan dengan wudhu’ adalah sebagai berikut :

“Barang siapa berwudhu’ lalu dibaguskan wudhu’-nya dan dikerjakan sholat dua raka’at di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu’ dan sholat itu sesuatu hal duniawi, niscaya keluarlah dia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” (HR. Bukhari dan Muslim dari Utsman bin Affan)


Wudhu’ merupakan prosesi ibadah yang dipersiapkan untuk membersihkan jiwa agar mampu melakukan kesambungan komunikasi dengan Allah Yang Maha Suci. Dan akan mendatangkan aora (sinar) yang memancar dari keheningan hatinya.
Mari kita mencoba memasuki proses wudhu’ sebagai ajang pembersihan jiwa, agar kita dapat mendapatkan Nur dari wudhu’ yang akan membekas ketika memasuki ibadah shalat,


1. Mulailah dengan mengucapkan : ”Bismillahirrahmanirrahim”, hubungkan jiwa Anda kepada Allah..... rasakan bahwa Anda sedang melakukan proses pembersihan tubuh dan jiwa.

2. Cucilah kedua tangan dengan air mutlak. Pastikan hati tetap tersambung kepada Allah sampai muncul getaran rasa tenang dan sejuk di dada

3. Bersihkan mulut sebagai bagian proses pembersihan jiwa dengan berkumur-kumur.

4. Bersihkan kedua lubang hidung. Hayati dengan persaan dan dilakukan secara perlahan – lahan, tidak terburu – buru, sebab hal ini akan menutup rasa sambung/ingat kepada Allah.

5. Hadirkan jiwa Anda kepada Allah, bahwa Anda sedang malakukan pembersihan jiwa. Kehadiran jiwa ini akan membuat rasa menjadi sangat hening dan peka serta getaran kesambungan semakin kuat / khusyu’

6. Basuhlah muka Anda dengan air perlahan sekali sambil dirasakan ...... ulangi tiga kali.

7. Selanjutnya basuhlah kedua lengat sampai siku, mengusap rambut kepala, mengusap daun telinga, dan kedua kaki..... semua dilakukan dengan tidak terburu – buru. Lakukan hal ini dengan tetap tersambung kepada Allah sehingga getaran kekhusyu’an dalam wudhu’ itu akan terus terbawa sampai kita melakukan shalat.

8. Sempurnakan dan diamlah sejanak lalu berdoalah.

Wednesday, May 8, 2013

Dakwah adalah ashshanul a'mal (amal yg terbaik)


Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal shalih adalah amal dakwah, sehingga dakwah
merupakan aktivitas dan amal
yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa dakwah ini maka amal shalih tidak akan berlangsung.
Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah,  mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
“ Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah
diri ?” (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah set menyeru manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan. ” (Tafsir Ath- Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil
Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul
alaihimussalam. Sayyid Quthb rahimahullah
berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran:
“ Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya.
Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da ’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da ’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da ’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi …” 
(Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Penyakit Yang Menimpa Perempuan yang Tidak Berjilbab



- Rasulullah bersabda, “Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang,
lenggak-lengkok, kepala
mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium
semerbak harumnya" (HR. Abu
Daud)
- Rasulullah bersabda, “Tidak
diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab)" (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer
telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan pakaian ketat- ketat.
Majalah kedokteran Inggris
melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang dikenakan oleh putri- putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki
nilon yang mereka kenakan
tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki mereka
dari kanker ganas.
Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang
pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da ’wahi oleh Rasulullah. Tentang hal ini Allah berfirman: Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur ’an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah
kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, Diana kanker itu adalah seganas- ganasnya kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di
pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan.
Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda- beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah- daerah yang biasa terlihat- pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, dan menetap di hati serta merusaknya. Terkadang juga menetap di
sekujur tubuh, diantaranya:
tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bias mengobati kanker ganas ini. Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas syari’at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan, kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus agar tidak terkena
“ adzab dunia” seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian, apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini
-padahal sudah ada penegasan hukum syari ’at yang bijak sejak 14 abad silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah
tetap bertabarruj??
SO, FOR YOU GIRLS OR LADIES, MASIH MAU MENGUMBAR AURAT?????????


( Sumber: Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-
Nabawiyah, Oleh :Muhammad
Kamil Abd Al-Shomad/
alsofwah )
Wallahuallam...

Monday, May 6, 2013

Ciri-Ciri ikhwan genit


o
1. Ikhwan genit akan bergaya dia paham agama tapi sebenarnya biasa-biasa saja.

2. Ikhwan genit jarang ke Masjid, ke Masjidnya pas jum ’atan saja. Pas Jum’atan aja masih diselingi ngantuk, rame sendiri, dan sibuk dengan HP nya.

3.Ikhwan genit, akan menyingsingkan celananya lias menjadi sosok congklangers ( biar ga isbal ) di depan para akhwat sedang klo bertemu dengan cewek biasa diturunkan lagi celananya.

4.Ikhwan genit suka chating dengan akhwat, diskusi dengan hal-hal yang ga perlu, katanya segalah dakwah di dunia maya, tetapi yang diobrolkan jauh dari nilai esensi dakwah.

5.Ikhwan genit suka nelpon- nelpon akhwat tanpa agenda yang jelas, lama banget,n mendayu-dayu, padahal sms saja bisa.

6.Ikhwan genit, memanfaatkan amanah dakwah nya untuk kepentingan dirinya, dan menseleksi akhwat, menilai akhwat layak tidak untuk dirinya, sekufu tidak dengan dirinya,dan orientasi pribadi lainnya.

7.Ikhwan genit memanfaatkan kepandaiannya dalam skill tertentu untuk menarik akhwat, misal skill memperbaiki komputer,HP, pemrograman, buat blog (site) dan buat proposal atau kerja teknis lainnya.

8.Ikhwan genit berjalan suka jelalatan, klo ada akhwat yang melintas di depannya selalu memberi penilaian, “ akhwat ini 80, akhwat itu 70 … dsb”

9.Ikhwan genit, sok perhatian ke akhwat, mempunyai belas kasihan yang terlalu berlebihan, padahal biasa- biasa saja sebenarnya bisa.

10.Ikhwan genit, suka bercanda dan cair dengan akhwat, dan ga risih dengan syuro yang berhadap-
hadapan.

11.Ikhwan genit suka sekali sms tausiyah padahal sebenarnya dia lagi kangen saja sama akhwat idolanya, menurut saya etika sms tausiyah, ” sent to all”, ga ada spesifikasi untuk ikhwan/ akhwat tertentu, atau untuk lebih berhati-hati ikhwan sms tausiyahnya ke ikhwan dan akhwat ke akhwat.

12. Ikhwan genit yang kebetulan mendapat amanah di kaderisasi, perhatian n sok
campur tangan dengan
kaderisasi akhwat, padahal jelas-jelas kaderisasi ikhwan dan akhwat benar-banar sesuatu yang terpisah, dan semuanya sudah ada yang ngurusin.

13.Ikhwan genit suka menjanjikan “ nikah “ kepada seorang akhwat padahal itu masih lama banget menikahnya alias ngetek duluan, n yang terjadi akhirnya adalah back street.. wew parah!!

14.Ikhwan genit suka koleksi foto akhwat, dan suka menge- crop foto akhwat yang jadi idolanya, dan lebih gila lagi, menjadikannya background
atau screen saverrnya di komputernya atau laptopnya.

15.Ikhwan genit suka koleksi teman-teman akhwat dengan FS, YM, dan sok perhatian ngasih komen di FS nya.

16.Ikhwan genit ga suka kajian, tapi seneng beli buku, padahal bukunya juga ga di baca.

17.Ikhwan genit suka jalan- jalan di Sunday morning dan melotot lihat akhwat cantik, n ga bisa Godhul bashor, 
ayo ikhwan tundukkan pandanganmu, biar kami bias leluasa kalau harus berjalan di depanmu.
“Katakanlah kepada orang laki-
laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, …
(QS.An-Nuur[24]:30-310
)

18. Ikhwan genit dalam obrolan teman sesamanya yang dibicarakan selalu seputar akhwat, minim membahas ilmu dien, dan strategi dakwah.

19.Ikhwan genit sering berkunjung ke tempat akhwat, banyak sekali alasannya, entah mau pinjem buku, mau ngantar sesuatu, atau apalah tanpa ada alasan yang jelas.

20.Ikhwan genit suka tertawa terbahak-bahak ga karuan kalau lagi berkumpul sesamanya, padahal kelihatannya antheng & alim banget pas di depan akhwat & pas syuro’. Jadi ikhwan jangan genit..!!
status tiap menit ganti,
yang dibahas tentang isi hati. Buka-bukaan ngincer ci wati, nunjukin diri lg patah hati.
Minta di komen agar tidak bunuh diri, weleh-weleh ko nulis status bikin ruhiyah mati. Jadi ikhwan jangan lebay lah! tujuan dakwah bukan amanah, tapi cari Aminah aminah dapat pingin walimah padahal belum punya ma'isyah. akhirnya dakwahnya hilang dihutan antah barantah..
Hayoo merasa ikhwan kaya
gini siapa hayoo... Haha
GIRLs... BEWARE..!!!!
*waduh ane sendiri masih ada
yang termasuk dari daftar
itu.... waks..!!!!!